Soal hasilnya yang jelas ia dapat 7.4 detik bersih. Catatan luar biasa. Disebut begitu, lantaran dalam start normal seperti lampu yang biasa mereka gunakan, belakangan FU ini jarang ketemu angka segitu. Berarti ada perkembangan, dong. Itu kelas yang diikuti 41 starter yang semuanya kencang. Bahkan nongol pemegang rekor saat ini yang pernah bikin 7.2 detik.
“Ini hanya soal lampu saja, Batank bisa bersish sejak start sampai finish. Tapi jujur, ini hasil evaluasi setelah beberapa event kemarin kami terpuruk,” bilang Wawan Kristiarto, juru korek FU Solo sampai menatap tajam mata si reporter. Hahahaa.. tahu saja doi terus dikritik soal performa FU yang pernah ‘fenomenal’ itu.
Sekarang pakai data digital
Memang tak banyak yang dikoreksi Wawan soal mesin, namun doi coba memperbaiki dari segi teknis pembalap, “Pakai data logging, lumayan bisa pantau joki untuk oper gigi. Makanya, kemarin sempat heran kenapa bisa terus dapat hasil kurang baik,” imbuh Wawan lagi sambil sebut harga alat ini Rp. 4,4 juta.
Ah, apa iya joki sekelas Dwi Batank diragukan kemampuannya hanya urusan oper gigi tanpa alat itu? Tapi biarlah itu jadi rahasia Batank dan Wawan. Eit, diam-diam bebek FU 7,2 detik milik Tomo Speed Shop itu juga hadir. “Pakai rangka baru, hasilnya belum signifikan. Tapi nggak apalah, yang penting masuk final dulu,” kilah Tomo yang percaya pada Ivan Bangun dan Bayu Ucil selaku joki bisa melakukan sesuatu di final.
Ngomong-Ngomong ke mana Honda Sonic 200? Ternyata, eh ternya Imam Ceper dan Fandi Pendol yang gas motor dari tim Marcellio itu tersingkir dari 20 besar alias tak masuk final. Oke tunggu update selanjutnya! Ardel
Sumber: http://maniakmotor.com